Depoedu.com – Pada umumnya mahasiswa muslim pada tahun pertama belajar di Amerika, membayangkan akan mengalami kesulitan menjalankan kewajiban agama, terutama kewajiban menjalankan ibadah puasa di Bulan Ramadhan.
Mereka membayangkan ibadah puasa mereka akan berhadapan dengan tantangan yang luar biasa karena pasti situasi lingkungan akan sangat tidak mendukung. Mereka membayangkan akan kesulitan mencari makanan halal.
Bukan hanya itu, mereka juga membayangkan, dengan keterbatasan keuangan, mereka juga akan kesulitan mendapatkan makanan untuk sahur dan untuk berbuka. Oleh karena itu, mereka membayangkan akan menjalani puasa yang sangat berat.
Baca Juga: Dari Ibadah Puasa Lalu Menuju Fitrah Dan Menjadi Akhlak
Selain itu, pada umumnya mereka juga membayangkan akan sulit memperoleh izin untuk berbuka puasa jika pada jam berbuka, ada kuliah yang harus mereka ikuti. Mereka juga membayangkan akan kesepian pada saat buka puasa, karena jauh dari keluarga.
Kesulitan lain yang pada umumnya juga dibayangkan adalah di mana mereka harus menjalankan kewajiban sholat lima waktu di kampus, selama Bulan Ramadhan? Mereka membayangkan tidak tersedia ruangan untuk sholat, apalagi menemukan masjid di dekat kampus.
Bukan hanya itu, mereka juga membayangkan akan sulit mendapatkan kesempatan mengikuti kelas Kajian Islam, Pengajian Bersama selama Bulan Ramadhan, juga membayangkan akan sulit mengalami Shalat Tarawih berjamaah seperti yang bisa mereka lakukan di Indonesia.
Pengalaman Mahasiswa Indonesia
Namun pada kenyataannya pengalaman Devina Faustanista Nursyah Wibowo menjalani ibadah puasa di Bulan Ramadhan di negara sekuler seperti Amerika tidak seperti yang dibayangkan sebelumnya, seperti dilansir pada laman VOA.
Menurut mahasiswi S2 jurusan Pendidikan dan Pengembangan Manusia di Harvard University yang mengalami ibadah puasa yang sangat berbeda dengan yang ia bayangkan sebelumnya, karena religiositas masyarakatnya.
Karena religiositas tersebut, Universitas Harvard men-support mahasiswa muslim dengan berbagai fasilitas, sehingga mahasiswa muslim termasuk Devina dapat menjalani puasa seperti di Indonesia, meskipun dengan atmosfer yang berbeda.
Kepada VOA, Devina menuturkan bahwa ia memperoleh dukungan yang besar dari dari Harvard. Kata Devina, meskipun dia hanya seorang dari 30 mahasiswa, namun dosennya mengingatkan dan mengizinkannya untuk berbuka puasa dan shalat, jika tiba waktunya, meskipun di tengah kuliah.
Dalam hal ujian Harvard juga dapat menyesuaikan jadwal, Kampus mem-provide semua yang dibutuhkan mahasiswa agar mereka dapat menjalani ibadah puasa di Bulan Ramadhan dengan baik.
Baca Juga: Pengalaman Mahasiswa Muslim Indonesia, Menjalani Bulan Ramadhan Di Amerika Serikat
Bukan hanya kesediaan menyesuaikan berbagai kebijakan, Harvard University bahkan menyediakan hidangan untuk berbuka puasa secara gratis bagi mahasiswa muslim yang berbuka puasa. Setiap hari selama bulan puasa, semua fakultas bergantian menyiapkan hidangan untuk berbuka bagi 300 orang.
Makanan yang disediakan bervariasi,tapi yang pasti menyediakan makanan halal. Acara buka puasa bersama diawali dengan ceramah pendek, diikuti dengan makan bersama, dilanjutkan dengan shalat maghrib, dilanjutkan dengan shalat isya dan tarawih berjamaah. Acara buka puasa bersama ini juga didukung lewat donasi terbuka.
Selain buka puasa bersama, Harvard University juga menyediakan hidangan sahur secara gratis bagi mahasiswa muslim berupa paket makanan sahur bagi mahasiswa, yang dapat dipesan dan diambil pada malam sebelumnya.
Selain menyediakan hidangan untuk buka puasa dan sahur, dan acara buka puasa bersama, Harvard juga memfasilitasi mahasiswa dengan memperbanyak ruangan yang dipakai untuk sholat, agar para mahasiswa muslim dapat melakukan kewajiban sholat lima waktu dan sholat Jumat dengan baik.
Foto: VOA