Depoedu.com-Pasangan Mark Zuckerberg dan Priscilla Chan adalah pasangan suami-istri terdidik yang menganut keyakinan bahwa mengasuh dan mendidik anak adalah tugas suami-istri. Karena keyakinan tersebut, tugas mengasuh dan mendidik anak kemudian dibagi berdua.
Seperti diketahui, Mark Zuckerberg adalah Founder Facebook, memiliki Instagram dan saat ini menjadi CEO Meta. Sedangkan istrinya Priscilla Chan adalah dokter lulusan Harvard Medical School. Pasangan ini berbagi tugas mengasuh dan mendidik kedua anak mereka bersama-sama.
Saat ini keluarga ini dikaruniai dua anak perempuan cantik, bernama Maxima berusia 5 tahun dan putri kedua bernama August berusia 4 tahun. Di tengah kesibukan pasangan ini mereka berbagi tugas mengasuh dan mendidik kedua anak ini bersama-sama.
Dalam wawancara dengan The Times Priscilla Chan menuturkan bahwa ia dan Mark berbagi tugas dalam mendidik kedua anak mereka Maxima dan August. Mark bertugas menemani kedua anak mereka di malam hari hingga kedua anak ini tidur.
Sedangkan Priscilla bertugas pagi hari mulai dari bagun pagi, sampai berangkat sekolah dan setelah pulang dari sekolah. Mulai dari mengajarkan anak berdoa pagi, mengajarkan anak mandi pagi dan menyiapkan keberangkatan ke sekolah, menyiapkan sarapan, menemani sarapan hingga berangkat sekolah, menjadi tanggung jawabnya.
Priscilla masih bertugas pada saat anak pulang sekolah, memastikan anak tidur siang sampai memastikan makan malam sehat masih menjadi tugasnya. Setelah itu tugas pengasuhan dan mendidik diambil alih oleh Mark.
Tentu saja waktu sejak usai makan malam hingga kurang lebih jam 10 malam, diisi dengan berbagai aktivitas yang membantu kedua anak mereka tumbuh. Kepada The Times of London, Priscilla menggambarkan rutinitas Mark bersama kedua putrinya.
Baca juga : Toxic Masculinity Tumbuh Subur Pada Lingkungan Keluarga Seperti Ini
Kata Priscilla, ada dua kebiasaan menonjol yang selalu diulang-ulang dan beberapa rutinitas kecil yang dilakukan Mark bersama kedua putrinya. Terkadang mereka membaca buku bersama dan ngoding bersama.
Kegiatan membaca bersama dilakukan sejak Maxima dan August baru berumur satu tahun lebih atau menjelang memasuki usia 2 tahun. Yang dilakukan adalah membacakan cerita. Sedangkan coding dilakukan ketika kedua putri mereka memasuki usia 3 tahun.
Menanamkan minat baca dianggap sebagai hal yang penting selain karena memiliki minat baca sangat penting untuk belajar seumur hidup sekaligus sebagai persiapan memasuki sekolah karena di sekolah 90 persen aktivitasnya adalah belajar dan itu di antaranya berarti membaca.
Selain itu, membaca juga bermanfaat menambah kosakata anak, mengembangkan imajinasi dan pengetahuan anak di samping membangun kedekatan secara psikologis antara anak dengan orang tua. Kedekatan mental ini menjadi modal penting dalam pendampingan anak di tahap lebih lanjut.
Sedangkan coding diajarkan sedini mungkin karena Mark menganggap coding sebagai salah satu ilmu yang penting dikuasai oleh anak. Mark sendiri merasa agak terlambat belajar coding ketika ia di SD kelas 6.
Selain karena dianggap penting, coding juga dinilai sebagai aktivitas yang menarik bagi anak terutama secara visual.
Coding juga menurut Mark menarik bagi anak-anak karena menampilkan susunan dan fungsi yang dikategorikan dengan warna yang bervariasi sehingga dapat menarik perhatian anak-anak. Anak anak dapat merancang dan membangun situs mereka sesuai dengan keinginan mereka sendiri.
Baca juga : Bagaimana Seharusnya Orang Tua Berperilaku Di Depan Anak
Terkait belajar coding ini, bulan Juni tahun yang lalu, Mark mengunggah foto August anak bungsunyanya, belajar coding dengan menggunakan aplikasi Kano di MacBook. Kata Mark, Kano luar biasa dalam hal mengajarkan anak-anak membuat kode, melalui akun Facebooknya.
Kata Mark, salah satu tantangan mengajarkan anak coding adalah mengajarkan anak mengetik. Bagi Mark, ini adalah ujian kesabaran yang besar yang pernah ia alami. Ia mengaku hampir kehilangan kesabaran ketika August putrinya mengetik dengan kecepatan 1-2 kata per menit.
Ia mengaku hampir kehilangan kesabaran ketika sudah menulis beberapa huruf, menjadi kata lalu membuat kesalahan dan tidak sengaja menekan tombol hapus lalu anaknya harus mengetik ulang kata tersebut dari awal.
Selain membaca dan coding, salah satu rutinitas Mark sebelum menidurkan kedua putrinya, adalah membiasakan anak-anaknya berdoa sebelum tidur dalam bahasa Mandarin. Mark sendiri belajar Bahasa Mandarin secara otodidak.
Tampaknya, bukan tidak ada tujuan mereka mendampingi dan mendidik anak mereka mengisi semua waktu mereka dengan baik, selain agar anak dapat bertumbuh dengan baik juga agar anak mereka tidak memiliki waktu luang untuk menggunakan media sosial.
Menurut pasangan ini, anak mereka baru boleh menggunakan media sosial setelah mereka berusia 13 tahun. Kata Priscilla, karena anak-anak belum mampu mengontrol penuh media sosial. Orang tua harus mendiskusikannya bersama anak dan masih banyak variabel lain yang membuat anak bahagia dan sehat.
Foto: Rakcer.ID