Depoedu.com – Anak-anak adalah peniru yang hebat, tanpa kita sadari ketika kita melakukan sesuatu di sekitar mereka dengan sendirinya anak akan menirunya.
Dikutip dari republika.com, seorang psikolog, Roslina Verauli, berpendapat anak meniru orang tua sebagai figur dewasa yang diidolakan, dianggap lebih kompeten dan memiliki kuasa.
“Dalam sebuah penelitian tahun 2015 ditemukan bahwa 70 persen orang tua mengatakan anaknya meniru mereka,” jelasnya kepada wartawan dalam Bebelac Grow Them Great Media Gathering di Jakarta.
Ketika anak-anak sudah menganggap orang tua itu sebagai idolanya, anak-anak akan cenderung menjiplak semua tindakan yang orang tua lakukan. Baik itu tindakan positif maupun negatif. Maka dari itu diharapkan orang tua lebih memperhatikan lagi soal bagaimana seharusnya bertindak, atau bertutur kata ketika di depan anak-anak.
Sebagai orang tua, kita dianggap sebagai wadah dasar pendidik pertama bagi anak-anak. Sebaliknya anak-anak mendapatkan pendidikan pertama kali adalah dari orang tua yakni dalam lingkungan keluarga.
Keluarga adalah lingkungan yang sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
Ketika keluarga adalah lingkungan pertama bagi anak untuk belajar berinteraksi, maka orang tua adalah pion pertama yang berperan penting dalam membentuk karakter dan moral anak. Bagaimana seharusnya anak bertindak dan berperilaku di lingkungan sekitarnya, baik itu di dalam maupun di luar rumah.
Selain itu orang tua juga sangat berperan penting dalam menjamin kesehatan dan keselamatan anak. Tetapi tanpa disadari, sering kali orang tua sendiri melakukan tindakan yang sebenarnya akan menjerumuskan anak-anaknya dalam bahaya.
Misalnya seperti, orang tua cenderung menonton atau bermain gadget di depan anak, merokok di depan anak, meminta anak membelikan rokok, dan lain-lain.
Tanpa disadari anak akan mengikuti kebiasaan orang tuanya tersebut, anak menjadi tertarik dengan gadget, timbul keinginan untuk mencoba merokok.
Baca Juga: Kurikulum Merdeka Akan Diganti Dengan Kurikulum Baru? Ini Kata Kemendibud
Hal-hal seperti ini terkadang menurut sebagian orang sesuatu yang biasa, tetapi tanpa disadari tindakan seperti ini akan membawa anak dalam bahaya.
Dilansir dari health.detik.com-Seorang anak mengalami rabun jauh atau mata minus hingga 900 derajat setara dengan minus sembilan akibat main gadget terlalu dini.
Kenapa bisa seperti itu? Karena anak menirunya dari lingkungan sekitar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar perilaku anak adalah cerminan dari lingkungan sekitarnya, bisa saja dari orang tua, kakak, sepupu atau orang yang dekat dengannya dalam setiap hari.
Dalam konsep psikologi yang dikemukakan oleh Erik Erikson, yakni terkait teori psikososial, ia mengungkapkan bahwa, pada setiap jenjang kehidupan, manusia pasti akan mengalami konflik yang akan memberi pengaruh besar terhadap pembentukan karakter dirinya. Konflik tersebut bisa memberi pengaruh positif maupun negatif.
Pada fase ini, konflik akan berpusat pada kepercayaan atau ‘’trust vs mistrust’’ yang artinya, peran orang di sekitarnya sangat penting.
Disimpulkan bahwa apabila orang-orang di sekitarnya berhasil memberikan makna, kasih sayang, kehangatan, rasa aman, kenyamanan dan lain-lain, maka akan membentuk karakter anak untuk bisa percaya terhadap orang lain.
Sebaliknya jika anak tidak mendapat perhatian dari orang sekitarnya yang tidak konsisten, tidak dekat secara emosional, atau merasa terabaikan maka anak akan tumbuh menjadi orang yang takut dan tidak percaya pada dunia, (qubisa.com,19 April 2021)
Maka dari itu peran orang tua atau orang-orang di sekitarnya sebagai pembimbing sangat diperlukan. Karena pengaruh orang tua dan lingkungan sekitar dalam pembentukan pribadi anak merupakan hal yang diketahui dan diakui.
Dalam pandangan psikologi anak menyerap semua pengalaman dan mempraktikkannya dalam pengalaman pribadinya tanpa evaluasi dan seleksi secara teliti, semua diterima sebagai sesuatu yang wajar tanpa keraguan.
Lalu seharusnya seperti apa orang tua atau orang di lingkungan sekitar anak bertindak, agar dapat membentuk karakter dan perilaku anak yang positif?
Baca Juga: Mencapai Integritas Pribadi Adalah Pergumulan Sepanjang Usia
Pertama, diharapkan orang tua selalu mengucapkan maaf, tolong, dan terima kasih ketika melakukan sesuatu.
Kedua, menerapkan sikap yang konsisten. Ketika orang tua membuat aturan, maka aturan tersebut harus tetap dilaksanakan dan tidak boleh dilanggar.
Ketiga, menerapkan sikap tanggung jawab dan disiplin. Ketika orang tua melakukan sesuatu, entah itu baik atau buruk, harus bertanggung jawab dengan apa yang sudah diperbuat, sehingga itu menjadikan suatu kebiasaan yang baik bagi anak untuk ditiru dan itu juga merupakan tindakan yang disiplin.
Orang tua adalah pendidik pertama untuk anak dalam pembentukan karakternya.
Abraham Lincoln perna berkata ‘’Satu-satunya cara meramalkan masa depan adalah dengan menciptakannya sendiri.
Demikian dengan orang tua, jika menginginkan anak yang memiliki sikap dan tingkah laku yang baik, maka orang tua perlu menciptakan pengalaman yang baik pula, agar anak menirunya.
Foto: Berita Bethel
Tulisan ini pernah tayang di eposdigi.com. ditayangkan kembali dengan seizin penulis