Depoedu.com-Semua orang ingin berumur panjang. Tentu saja. Tulisan beberapa hari lalu soal angka usia harapan hidup, menempatkan Jepang sebagai salah satu negara di dunia yang memiliki angka harapan hidup tinggi.
Usia harapan hidup di Jepang, bahkan lebih lama 10 tahun dibandingkan dengan rata-rata usia harapan hidup di dunia yang berada di angka 73 tahun. Panjang umur masyarakat Jepang bisa jadi membuat iri banyak orang yang berdoa semoga diberi umur yang panjang.
Fakta lain tentang umur panjang masyarakat Jepang juga mengejutkan. Dikatakan bahwa pada setiap empat orang Jepang terdapat satu orang lansia.
Statistik Jepang mencatat bahwa warga negaranya yang berusia lebih dari 63 tahun sejumlah 28,95 % dari jumlah penduduk. Bahkan warga negara berusia di atas 100 tahun berjumlah 90 ribuan orang.
Angka ini menunjukkan bahwa pada setiap 100.000 penduduk terdapat kaum centenarian atau mereka yang berusia lebih dari 100 tahun sebanyak 54 orang centenarian.
Usia harapan hidup konon menjadi konsekuensi dari banyak faktor baik. Kualitas hidup baik dari segi ekonomi, sosial dan psikologis, kualitas kesehatan, mulai dari akses terhadap fasilitas kesehatan, banyak dijadikan tolok ukur yang menentukan harapan hidup sebuah masyarakat.
Baca juga : Perubahan Aturan SNPMB 2024: Lolos Jalur Prestasi, Dilarang Daftar Jalur Tes Dan Jalur Mandiri
Di banyak negara, angka kematian bayi dan ibu melahirkan, kematian pada usia balita hingga remaja, diduga karena buruknya kualitas hidup dan minimnya akses terhadap pelayanan kesehatan.
Maka, harapan hidup di Jepang bisa memberi gambaran mengenai tingkat kualitas hidup masyarakatnya. Namun fenomena mengenai masyarakat senior di Jepang akhir-akhir ini boleh dibilang jauh dari kualitas hidup yang diimpikan banyak orang.
Katakanlah di Indonesia, para senior ini tentu ingin menikmati hidup berkualitas di tengah keluarga mereka. Menimang cucu, menikmati usia senja. Tidak demikian dengan di Jepang.
Warga negara senior di Jepang menghadapi berbagai persoalan serius. Setelah melepas usia produktif, para senior di Jepang mulai mengalami berbagai macam tantangan hidup.
Mahalnya biaya hidup, tingginya layanan kesehatan dan terutama rasa kesepian, menjadi tantangan yang tidak mudah dihadapi oleh para senior ini.
Uang pensiun mereka yang tidak lagi mencukupi berbagai kebutuhan memaksa banyak dari mereka memilih menempuh jalan kriminal. Hal ini diperkuat dengan data dari The Guardian misalnya. The Guardian mencatat bahwa terdapat lonjakan yang luar biasa dari jumlah tahanan yang berusia di atas 60 tahun.
Baca juga : Simulasi Tanggap Bencana Sekolah Tarakanita Rawamangun
Jika pada tahun 2000 hanya berjumlah 9.400-an orang, maka pada tahun 2006 lalu melonjak menjadi 28.800 orang. Hampir 12% dari keseluruhan tahanan di seantero Jepang yang berjumlah 80.000-an.
BBC International, seperti dikutip oleh cnbcindonesia.com mengungkapkan bahwa penjara adalah pilihan yang baik bagi banyak warga negara senior di Jepang. Bukan karena dasarnya mereka adalah kriminal yang berbuat kejahatan.
Jauh dari itu, sebagian dari warga senior ini menganggap bahwa penjara adalah solusi terbaik bagi mereka. Pertama; kebutuhan dasar mereka terpenuhi di penjara. Tidak hanya itu; layanan kesehatan 24 jam, jaminan tempat tinggal tanpa biaya, dan lebih dari itu mereka tidak lagi kesepian karena ada banyak teman.
Jika di banyak tempat, penjara adalah horror, maka tidak bagi sebagian warga negara senior di Jepang. Di tengah tuntutan hidup masyarakatnya, banyak warga negara senior kemudian beranggapan bahwa “penjara membawa nikmat.”
Di Jepang, panjangnya usia bisa membawa konsekuensi yang tidak sederhana. Bisa jadi di masa depan, doa ulang tahun masyarakat Jepang tidak lagi tentang panjang umur.
Foto: Tribunnews.com
Tulisan ini pernah tayang di eposdigi.com, ditayangkan kembali dengan seizin penulis.