Depoedu.com – Era teknologi informasi ditandai oleh hadirnya teknologi informasi seperti televisi, komputer, smartphone, internet, surat elektronik, website, mesin penyimpan dan mesin pencarian informasi seperti Google.
Kehadiran teknologi informasi ini memungkinkan lalu lintas data menjadi cepat. Semua data dan informasi dalam lalu lintas di jaringan, tersimpan bahkan tersimpan secara sistematis.
Oleh karena itu, internet sekaligus menjadi tempat penyimpanan informasi yang maha besar.
Melalui mesin pencarian seperti Google, data yang tersimpan di jaringan tersebut dapat kita akses dengan sangat mudah. Dengan clue yang relevan, dalam hitungan detik, kita dapat memperoleh data dan informasi terkait clue tersebut, bahkan hampir tanpa batas.
Data tersebut dapat digunakan oleh siapapun untuk berbagai kepentingan, mulai dari proses berpikir, hingga proses pengambilan berbagai keputusan penting.
Baca Juga : Perkembangan Teknologi Dan Pengaruhnya Bagi Remaja
Ini membuat proses berpikir, baik untuk proses analisa, maupun untuk memahami pokok masalah, dalam rangka mengambil keputusan, menjadi lebih mudah dilakukan.
Di dunia pengajaran, kehadiran teknologi informasi seperti mesin pencarian Google menggeser salah satu peran penting dari guru.
Sebelum jaman teknologi informasi, guru menjadi sumber informasi yang penting. Dalam proses tatap muka, guru mentransfer informasi dan pengetahuan kepada murid.
Baca Juga : Mengenal Aplikasi Edukasi Dan Perannya Untuk Kemajuan Siswa
Tekanan pengajaran sangat kuat terkait konten: pengetahuan dan informasi. Mengapa begitu? Karena sebelum ada teknologi informasi, di mana informasinya terorganisir dan sistematis, guru adalah satu-satunya sumber informasi.
Kondisi ini membuat tekanan ke arah latihan berpikir dan latihan memilah dan menggunakan informasi untuk mengambil keputusan penting terkait penyelesaian aneka permasalahan kehidupan menjadi terabaikan dalam pengajaran.
Padahal seharusnya latihan tersebut yang jauh lebih penting dilakukan daripada urusan menguasai informasi dan pengetahuan.
Peran Guru Seharusnya Bergeser
Setelah memasuki zaman teknologi informasi, peran guru seharusnya bergeser. Guru bukan lagi menjadi produsen dan agen informasi.
Oleh karena itu, proses pengajaran tidak lagi menjadi arena untuk transfer informasi, data dan pengetahuan. Lalu bagaimana seharusnya pengajaran di zaman teknologi informasi?
Sekarang ini, jika kita membutuhkan informasi, data, atau pengetahuan untuk memahami sebuah situasi atau memecahkan masalah, cara memperolehnya sudah sangat mudah.
Kita tinggal mengetik kata kuncinya, dan semua informasi atau data terkait kata kunci tersebut akan muncul seketika.
Baca Juga : Empat Manfaat Belajar E-Learning Di Tengah Virus Korona
Informasi tersebut tinggal dibaca, dikelompokkan, dianalisa, dan digunakan untuk memahami sebuah soal atau memecahkan masalah. Oleh karena itu, upaya ke arah transfer informasi menjadi tidak lagi diperlukan.
Yang lebih diperlukan adalah upaya melatih peserta didik untuk mengelompokkan, memilah dan mengevaluasi informasi, menganalisa informasi, menarik kesimpulan, menginterpretasi data, merumuskan masalah, dan berlatih memecahkan masalah, melalui upaya menciptakan sesuatu.
Agar pergeseran ini terjadi, guru harus dilatih mengajar dengan pendekatan konstruktif, bukan transfer. Dalam pengajaran, pendekatan konstuksi hanya dapat berjalan ketika guru sejak dari perencanaan pengajaran hingga pelaksanaan pengajaran, telah melibatkan peserta didik.
Posisi guru sebagi agen informasi dan pengetahuan seperti pada zaman sebelumnya sudah harus diganti. Di zaman teknologi informasi, guru tinggal berfungsi sebagai organisator, motivator, fasilitator dalam proses belajar mengajar.
Baca Juga : Pemanfaatan Handphone Pada Proses KBM
Sebagai organisator, guru mengkondisi peserta didik agar peserta didik berkolaborasi dalam kerja tim. Kolaborasi tersebut dikelola sebagai arena belajar murid dalam salah satu soft skill yang sangat diperlukan murid dalam menghadapi tantangan hidup pada saat yang akan datang.
Sebagai organisator, guru juga mengelola sumber daya, modalitas belajar yang tersedia, untuk mencapai tujuan pengajaran.
Sebagai organisator, guru juga memilah, mengelola aktivitas peserta didik agar lebih fokus pada aktivitas yang lebih relevan, bagi pertumbuhan murid ke depan.
Sedangkan sebagai fasilitator, guru membantu mendorong murid mencapai kesepakatan, membantu murid menyelesaikan perbedaan pendapat, menyelesaikan perselisihan, sehingga kelompok lebih mudah mencapai tujuan pengajaran.
Baca Juga : Inovasi Elon Musk : Manusia Cerdas Dengan Komputer Di Kepala
Peran lain dari guru adalah memotivasi murid. Pada peran ini, guru diharapkan bertindak untuk memperjelas tujuan murid terkait pembelajaran yang diikuti. Guru juga harus berupaya membangkitkan minat murid.
Di samping itu, upaya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan adalah bagian yang penting dari upaya ini. Hal lainnya adalah memberikan pujian dan umpan balik yang relevan dalam proses belajar tersebut.
Jika tiga peran ini dilakukan dengan baik, maka soft skills seperti leadership, kolaborasi, kerja sama, dan daya juang, terbentuk pada para murid.
Peran guru yang lain yang sangat teknis dan sangat penting di zaman teknologi informasi adalah melanjutkan pembentukan minat belajar dan pembentukan keterampilan belajar pada para murid.
Baca Juga : Menyiapkan Sekolah Memasuki Era Sekolah Tanpa Ujian Nasional
Dua peran ini dapat dilakukan secara bersama-sama oleh guru, dengan pembentukan keterampilan belajar sebagai sentralnya.
Agar murid memiliki keterampilan belajar pada tahap awal, murid harus dilatih menyadari dan merumuskan permasalahan, baik berkaitan dengan gejala-gejala alam kebendaan, maupun gejala sosial.
Setelah itu, murid dilatih untuk merumuskan dugaan penyelesaian masalah. Kemudian dilanjutkan dengan latihan menyusun rencana untuk memecahkan masalah berdasarkan dugaan tersebut. Tiga hal ini boleh disebut sebagai tahap perencanaan.
Tahap berikutnya adalah tahap pelaksanaan dari proses belajar. Pada tahap ini murid mulai berlatih melakukan pengamatan. Untuk murid pemula, guru membuat lembar kerja untuk membantu murid melakukan pengamatan.
Baca Juga : Mengemas Pembelajaran, Dengan Media Pembelajaran, Pada Masa Pandemi Covid-19
Pada tahap ini murid mengumpulkan informasi, dengan mengunakan lembar kerja yang disiapkan.
Setelah informasi terkumpul, tahap berikutnya adalah para murid dilatih memilah-milah informasi yang terkumpul tersebut antara informasi yang relevan dan tidak relevan, terkait pemecahan masalah.
Berdasarkan informasi tersebut, murid dilatih untuk membuat kesimpulan dan berlatih merumuskan pemecahan masalah berdasarkan kesimpulan tersebut.
Agar pengembangan keterampilan belajarnya menjadi utuh, guru mendesain diskusi kelas untuk menjadi ajang bagi para murid untuk dapat mempresentasikan dan mempertanggungjawabkan rumusan pemecahan masalah tersebut dalam diskusi kelas.
Masukkan dan informasi yang diperoleh dari diskusi kelas, kemudian digunakan untuk menyusun kesimpulan akhir sebagai laporan akhir.
Baca Juga : Arah Baru Reformasi Pendidikan Kita; Catatan Pendidikan Pada Hari Pendidikan Nasional
Inilah proses pengajaran dengan pendekatan konstruksi, seperti yang saya sampaikan pada awal tulisan ini. Dengan pendekatan ini murid belajar mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Format pengajaran yang kompatibel dengan pendekatan ini adalah pengajaran dengan metode proyek yang lintas bidang studi, tematik dan konstekstual.
Dengan pendekatan ini, jika dilakukan secara berkesinambungan maka, soft skill penting yang spesifik seperti critical thinking, problem solving, kreativitaas, keterampilan komunikasi dan kerja sama, dilatih dan dibentuk.
Ini adalah keterampilan yang sangat diperlukan murid dalam menghadapi tantangan hidup di era industri 4.0. Selain itu, dengna pendekatan ini murid pun siap untuk belajar sepanjang hayat, hal yang sangat dibutuhkan di era teknologi informasi.
Foto : viva.co.id
[…] Baca Juga: Pengajaran di Era Teknologi Informasi […]