Depoedu.com – Saat ini pembelajaran daring menjadi pilihan satu-satunya yang paling realistis bagi sekolah dan orang tua murid ditengah-tengah pandemi covid-19, agar proses pendidikan anak-anak tetap dapat berjalan.
Di samping agar tidak terjadi kekosongan aktivitas bagi anak, yang kita tidak tahu, hingga berapa bulan ke depan. Ini dapat meruntuhkan kebiasaan baik yang sudah dibangun, mulai dari disiplin, hingga pembiasaan belajar dan pola hidup.
Hal-hal di atas relatif dapat dipertahankan dengan terselenggaranya pembelajaran daring. Tanpa pembelajaran daring, kebiasaan baik yang sudah dibangun bisa runtuh. Kita ketahui kebiasaan baik lebih mudah runtuh.
Kita juga tahu bahwa budaya buruk sangat mudah muncul karena sekarang dapat ditawarkan secara terbuka, melalui media dengan cara yang sangat menarik. Saat ini bahkan tawaran tersebut dapat diakses para murid dari kamar tidur melalui media yang ada pada gengaman anak.
Baca Juga: Komunikasi antara Orang tua dan Guru
Namun pembelajaran daring bukan tanpa masalah, bukan cuma karena kali ini keharusan belajar daring muncul dari situasi darurat, namun juga karena lembaga pendidikan; keluarga dan sekolah, memang sedang dalam krisis.
KPAI misalnya mencatat ada 51 pengaduan terkait masalah pembelajaran daring yang pemicunya bisa jadi berasal dari ketidaksiapan guru, tetapi juga bisa berasal dari ketidaksiapan orang tua menjalani suasana darurat ini.
Dalam situasi plus–minus implementasi pembelajaran daring, perlu ada sinergi antara orang tua dan guru, bertolak dari semangat kemitraan yang sehat, antara keduanya.
Tiga Model Sinergi Guru-Orang Tua
Sinergi yang dimaksud adalah bukan orang tua dan guru yang melakukan hal yang sama, bersama-sama, tetapi orang tua dan guru disiplin melakukan perannya masing-masing agar tujuan besar pendidikan yakni pertumbuhan anak sebagai pribadi yang utuh, tercapai. Berikut ini tiga model sinergi yang kami maksud.
- Sinergi Dalam Hal Proses Belajar Anak
Pada pembelajaran daring proses belajar yang biasanya terjadi di sekolah, dipindahkan ke rumah. Bukan berarti peran guru dipindahkan pada orang tua.
Oleh karena itu, guru mendesain pengajaran dengan sebaik-baiknya agar tanpa guru, murid tetap termotivasi untuk belajar, tetap memahami materi yang diajarkan dan tujuan pengajaran tetap tercapai.
Baca Juga: Sinergi antara Sekolah dan Orang Tua : Belajar dari Jepang
Kuncinya adalah desain pengajaran dengan menggunakan media pembelajaran, video, powerpoint, atau pemilihan topik yang kreatif dan kontekstual, seperti yang telah saya uraikan pada Depoedu.com edisi tanggal 31 Maret 2020.
Pesan ini hanya dapat dijalankan dengan baik oleh guru, jika guru menguasai teknologi pengajaran, dapat mengunakan berbagai aplikasi untuk pengajaran, memiliki wawasan ilmu pengetahuan dan kreatif.
Peran guru lainnya adalah mengontrol dan memastikan murid melakukan tugas dengan baik dan membantu murid menangani berbagai permasalahan yang muncul dalam proses.
Sedangkan, peran orang tua adalah memastikan tersedianya jaringan internet, media belajar dan mengontrol serta mengelola disiplin murid, sehingga murid melakukan tugasnya dengan tuntas dan tepat waktu.
Orang tua diharapkan tidak mengambil alih peran murid. Tugas yang harus dikerjakan murid, dikerjakan oleh orang tua, yang penting tugas tersebut dikumpulkan tepat waktu, dengan kualitas baik. Dan yang paling penting, agar murid memperoleh skor yang tinggi.
Ini tidak hanya melanggar peran dalam proses sinergi selaku mitra, tetapi juga merusak anak dalam jangka panjang. Andaipun anak akhirnya dapat skor tinggi dari penugasan, tapi skor tersebut tidak mencerminkan kompetensinya.
- Sinergi Dalam Hal Pelaksanaan Evaluasi Formatif, dan Sumatif
Dalam pengajaran, evaluasi adalah peristiwa yang sangat penting karena sangat terkait tujuan akhir dari pendidikan dan pengajaran.
Baca Juga: Jangan Mencabut Jalinan Pembelajaran Siswa Dan Gurunya Karena Corona
Evaluasi adalah upaya untuk memotret apakah semua upaya pendidikan termasuk pengajaran mencapai tujuan diantaranya yakni murid menguasai materi ilmu pengetahuan.
Jika terjadi evaluasi secara daring, maka guru berperan mendesain model evaluasi dan model soal yang dapat menjamin hasil evaluasi yang valid. Evaluasi yang valid adalah evaluasi yang menghasilkan hasil tes yang dapat menggambarkan kemampuan murid yang sesungguhnya.
Untuk evaluasi secara daring, agar hasil evaluasi murid valid, tugas guru adalah menyusun soal yang bisa digunakan untuk mengevaluasi penguasaan ranah kognitif tingkat tinggi yang mencakup penerapan, analisis, sintesis, evaluasi dan kreativitas, dengan bentuk soal esai.
Dengan soal esai dan berasal dari ranah kognitif tingkat tinggi, murid terkondisi untuk bekerja sendiri. Jika menyontek hasil kerjaan murid lain, akan dapat terdeteksi guru ketika mengoreksi.
Sedangkan peran orang tua dalam proses ini adalaah mengkondisi murid untuk menyiapkan diri dengan baik dan memastikan murid mengikuti evaluasi sesuai dengan jadwal.
Seperti pada pelaksanaan tugas, orang tua diharapkan tidak melakukan intervensi apapun dalam proses pelaksanaan evaluasi agar murid memperoleh skor yang tinggi. Orang tua dalam proses ini diharapkan mendukung guru untuk terlaksananya proses evaluasi yang jujur.
Ini penting karena didalam pendidikan, melalui evaluasi, murid belajar nilai-nilai kejujuran dan proses pembentukan integritas murid terjadi. Membantu anak dalam evaluasi adalah pelanggaran prinsip pendidikan sebagaimana telah disampaikan di atas.
- Sinergi Dalan Hal Kewajiban Sekolah dan Keluarga Sebagai Lembaga
Guru hanyalah bagian dari sekolah sebagai lembaga seperti orang tua adalah bagian dari keluarga. Kewajiban sekolah terkait guru dan murid.
Sedangkan kewajiban orang tua terkait sekolah dan guru di satu pihak dan pada akhirnya berpengaruh pada mutu pengelolaan sekolah, yang akan direpresentasikan oleh mutu para murid.
Baca Juga: Menuju Pembelajaran Daring yang Lebih Bermakna dan Esensial
Dalam hal pembelajaran daring, manajemen sekolah perlu mendalami permasalahan terkait implementasi pembelajaran daring. Diantaranya terkait pelatihan guru terkait upaya memastikan proses belajar bermutu, termasuk proses belajar daring yang bermutu dan tuntas.
Diakui atau tidak, masih banyak kendala terkait pembelajaran daring, baik karena penguasaan teknologi pengajaran, maupun penguasaan metodologi pengajaran dan kompetensi pedagogis, terutama pemahaman psikologis terkait murid, sebagai pribadi.
Ini adalah pekerjaaan rumah besar yang menjadi kewajiban manajemen sekolah yang harus diselesaikan.
Sedangkan kewajiban orang tua yang sangat penting dan menentukan adalah melakukan penyelesaian kewajiban secara administratif seperti sebelum jaman pembelajaran daring.
Ini perlu ditegaskan karena, telah muncul di media sosial, baik twitter maupun facebook, permintaan seputar kewajiban membayar uang sekolah atau pengurangan pembayaran uang sekolah, karena pembelajaran daring saat ini.
Bukan hanya peniadaan kewajiban atau bahkan pengurangan uang sekolah, akan berpengaruh pada mutu sekolah dalam jangka panjang. Namun, proses pembelajaran daring adalah proses pembelajaran yang tidak sederhana dan menguras energi guru.
Jika orang tua tetap melaksanakan kewajiban administratif dengan baik, justru merupakan salah satu model sinergi yang baik, jika kita menghendaki peningkatan mutu pendidikan.
Inilah tiga model sinergi yang menurut hemat kami, perlu terus didorong, ketika orang tua dan guru, sama-sama menempatkan diri menjadi mitra, dalam rangka mengupayakan pendidikan yang bermutu, bagi anak didik. (Foto: hetanews.com)
[…] Baca Juga: Tiga Model Sinergi Orang Tua dan Guru, Dalam Pembelajaran Daring […]
[…] Baca Juga : Tiga Model Sinergi Orang Tua dan Guru, Dalam Pembelajaran Daring […]
[…] Baca Juga : Tiga Model Sinergi Orang Tua Dan Guru, Dalam Pembelajaran Daring […]
[…] Baca Juga : Tiga Model Sinergi Orang Tua Dan Guru, Dalam Pembelajaran Daring […]