Belajar Sains Di Rimba Lewolalat

EDU Talk
Sebarkan Artikel Ini:

Depoedu.com – Belajar sains tidak hanya mengingat fakta, konsep, prinsip, atau hukum. Lebih dari itu: berproses. Dengan berproses, siswa, juga guru memiliki pengalaman mengonstruksi pengetahuan yang diperolehnya. Hal mana membuat pengetahuan cenderung mengendap lebih lama.

Saat menyibak rimba Lewolalat, Palue, Kec. Wulanggitang, Flores Timur, tujuan menemui situs peninggalan Besi Pare Tonu Wujo (BPTW) pada 07 September 2019, kami menjumpai beberapa makhluk hidup yang ‘mengganggu’ perhatian. Selain karena ingin mengetahui lebih jauh (baca: belajar sains), makhluk hidup ini lagi viral di media sosial. Berikut ini daftar beberapa diantaranya.

Mencari data terkait ulat bambu lewat aktivitas googling akan menghantar kita pada fakta hewan ini sangat disukai burung dan banyak ditemukan di Vietnam dan Thailand.

Ulat bambu kaya akan protein dan lemak. Bisa dikonsumsi dalam keadaan hidup atau dipanggang dalam bambu. Tergantung selera Anda.

Mencari ulat bambu sangatlah mudah. Cukup dengan melihat bercak hitam berlubang tipis, seperti bekas kayu terbakar, pada batang bambu dewasa. Bercak demikian menandakan tempat hidup dan berkembang biak ulat bamboo. Kita tinggal membelah bambu dan mengambil larva-larva ini.

Ondo makanan khas Flores Timur. Dikenal sebagai makanan sejak zaman nenek moyang. Namun, tidak banyak masyarakat yang mengonsumsinya lagi di era ini. Mungkin penduduk sudah terbiasa dengan padi dan jagung sehingga melupakan makanan lokal kaya karbohidrat ini.

Ondo memiliki batang kurus, sedikit lembek saat dipagang dan tumbuh lurus ke atas. Ia termasuk kelas umbi-umbian. Mengambilnya harus dengan menggali dari dalam tanah.. Kami mencoba mencari informasi tambahan perihal Ondo lewat aktivitas googling. Hasilnya, tidak ditemukan informasi yang cocok. Ini berarti, ondo mungkin hanya ditemukan di tanah Flores Timur.

Bajakah merupakan bahasa lokal suku Dayak, yang artinya tanaman akar-akaran merambat yang tumbuh liar di hutan. Ada  lebih dari 100 jenis. Yang kami temukan di hutan Lewolalat, Palue, Kec. Wulanggitang ini, mirip-mirip dengan Bajakah-nya suku Dayak.

Seperti yang ramai diberitakan, Bajakah berkhasiat mengandung antioksidan, memaksimalkan sistem imun, dan mematikan sel kanker. Jadi, alih-alih berburu Bajakah di rimba Borneo, lebih baik kita melancong ke hutan Lewolalat. Dengan demikian tulisan ini juga bermaksud mengundang sekaligus ‘menantang’ para peneliti tanaman herbal untuk melirik Bajakah Flores Timur ini. Ayo!

Cerita Paidi, mantan pemulung asal Desa Kepel, Kecamatan Karen, Kabupaten Madiun, beromzet miliaran sampai juga di telinga pebisnis asal Kabupaten Sikka yang berburu Porang di Palue. Desa tempat kami memulai petualangan mencari situs Besi Pare Tonu Wujo. Bedanya, tengkulak asal Sikka ini tidak menanam Porang layaknya Paidi. Mereka membeli Porang dari Desa Palue dengan harga Rp 4.000,- per kilo. Bandingkan dengan harga Porang di Surabaya yang menembus Rp 100. 000, – per kilo. Keuntungan yang diraup bisa berkali-kali lipat. Gila, bukan! Pada saat yang sama sangat disayangkan masyarakat tidak memiliki informasi yang cukup untuk menyebarangkan Porang ke tanah Jawa.

Ini bisa menjadi peluang budidaya di Flores Timur, namun butuh sentuhan dari Pemda untuk pendampingan kepada petani. Mulai dari urusan kebun hingga pasca panen. Minimal membuka akses pasar ke Surabaya. Sehingga para pemburu Porang di Flores Timur tidak dihisap habis oleh tengkulak.

Demikian beberapa informasi seputar sains -dilihat dari kaca mata penulis-, yang perlu untuk diketahui demi memperkaya ilmu pengetahuan, sekaligus menegaskan, sekali lagi, bahwa: sains bertebaran di bentang alam dan mudah dipelajari. (Tulisan ini pernah dimuat di Eposdigi.com, dimuat kembali atas ijin penulis)

*Penulis adalah Guru IPA SMP Negeri 1 Titehena, Flores Timur 

0 0 votes
Article Rating
Sebarkan Artikel Ini:
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments